Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Novel 2024 : Aku Sendirian

Novel 2024 : Aku Sendirian - Ketika usia ku 20 tahun tidak lama dari lulus sekolah, ketika ulang tahun tiba doanya selalu sama gimana ya rasanya jika nanti sudah usia diatas 30 tahun, kayaknya melihat yang sudah usia itu lebih matang dalam menyikapi masalah, sekilas nampak sangat bijak, selain itu diusia itu juga kita di masyarakat sudah tidak pernah lagi dipandang sebelah mata.
 
Pasti ngak bakal dikatai bocil lagi, atau anak ingusan tentu hal ini akan sangat menyenangkan ketika dibayangkan oleh anak muda yang baru tumbuh dewasa, namun seketika berubah setelah seseorang menginjak usia 30 tahun, apa yang dibayangkan dulu akan sangat berbeda, kita akan dihadapkan pada situasi yang tidak lagi mudah.
 

 
Semua beban akan dipikul sendiri, tidak peduli seberapa lemah diri mu, atau sebera kuat memikulnya semua pundak ini dipenuhi dengan beban dan tanggung jawab sendiri, tidak ada kata menyerah ada ada pilihan istirahat sejenak, atau terus berjalan maju. Untuk menoleh kebelakang itu sudah tidak bisa lagi, seketika doa yang sudah dikatakan sejak sepuluh tahun yang lalu berubah menjadi hal kebalikan.
 
Ingin rasanya mengulang masa muda di usia 20 an karena semua kehidupan akan terasa mudah dan tidak ada tantangan berarti dari kehidupan, dukungan penuh dari orang yang dicintai terkadang tidak dianggap karena remaja ego seperti saya dulu merasa itu adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi orang tua terhadap anaknya.
 
Kini aku benar-benar merasakan pahitnya kehidupan menjadi orang dewasa, kehidupan yang sepi menjadikan sebuah teman indah dalam setiap bahasa dan kata, tidak ada lagi tawa lepas seperti usia muda, bukan tidak bisa tetapi tawa itu seolah tertahan dengan beban yang ada di pundak.
 
Di usia 30 tahun kini aku resmi sendiri, bukan dari sebuah hubungan atau status seorang Ayah atau Suami dari pasangan, tetapi jika selama itu semua beban yang aku pikul akan dibagi rata hal yang berat akan diangkat oleh seorang Ayah dan Ibu dirumah, menyisahkan sebuah beban kecil yang akan diletakan di pundak seorang remaja yang baru tumbuh dewasa.
 
Harapannya supaya aku bisa berlatih dari hal yang paling mudah, sayang nya aku terlalu sombong seolah menantang Tuhan untuk memberikan banyak beban karena apa yang aku jalani sekarang dianggap bukan menjadi kendala berarti. Seolah diusia 20 itu aku telah benar-benar dewasa dan siap untuk menjalani semua sendiri.

Bagi ku level sulit saat ini bukan artinya, hanya saja aku kira semua itu sudah aku pikul sendiri ternyata ada orang hebat dibelakang ku yang diam diam mengurangi setiap beban yang akan aku bawa setiap hari, meski ditambah akan secara bertahap jadi tidak akan terasa berat. Semua kehidupan yang aku jalani diusia 20 an tertata rapi seolah semua sesuai pemikiran ku yang jenius.

Ego ini memaksa diri ku untuk tidak sabar menjadi orang dewasa, semua itu karena pemikiran hebat ku yang dapat membuat aku berdiri di kaki sendiri, tidak ada satupun renca yang aku buat gagal semua bisa terjadi sesuai skenario yang sudah aku pikirkan. Dalam hati seringkali muncul kata ternyata menjadi dewasa tidak sesulit yang orang katakan.

Semua terasa sangat mudah menjadikan aku anak yang merasa bahwa kehidupan ini biasa saja tidak tantangan, seringkali terbesit untuk cepat menjadi dewasa jika nanti usia sudah 30 keatas rasanya aku tidak akan terkejut lagi dengan semua ini dan aku yakin bisa menjalani usia dewasa dengan persiapan dan bekal yang lebih baik.

Di tahun ini aku resmi menginjak usia 32 tahun, untuk pertama kalinya aku merasakan hal tidak biasa rasa sepi dalam hati, dan sendiri membuat kehidupan ku menjadi seketika berubah dimana sebelumnya aku seorang anak muda yang banyak tertawa dan ramah kepada setiap orang. Di usia ini aku mulai memahami mengapa semakin tua seseorang akan semakin sedikit kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Seolah menjadi bijak bukan karena tidak ada alasan tetapi lebih kepada diam seorang yang dewasa dalam rangka memikirkan solusi dari setiap masalah yang terlah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi semua itu akan dipikirkan oleh seorang laki-laki dewasa hanya sendirian dimana semua kehidupan ini tidak ada lagi dukungan dari keluarga, orang tua, keluarga, sahabat.

Lebih hebatnya lagi aku malah menambah beban jika sebelumnya hanya bertanggung jawab untuk membantu keluarga kandung ku saja, dan tentunya itu sanggup aku lakukan, saat ini ada keluarga dari pihak Istri yang harus aku tanggung menjadi beban yang cukup berat di pundak ku. Jika selama ini latihan ku hanya fokus pada satu keluarga yang benar-benar mengerti dengan keadaan ku.

Kini aku berhadapan dengan orang-orang yang tidak mau tau dan hanya mau dimengerti, untuk pertama kalinya aku mengalami stres berat dan bahkan depresi, ternyata semua kedewasaan yang terlihat indah menyimpan banyak luka yang tidak akan pernah diceritakan kepada siapa pun, mereka yang akan menyimpan nya sendiri.

Jika satu masalah tidak bisa di selesakan atau tidak menemukan solusi, maka yang harus dilakukan hanya bertahan sampai masalah itu berlalu, Aku hanya sendiri, keseiap semua tidak akan bisa aku ceritakan dengan siapapun, kini aku mengerti kenapa seseorang yang sebelum menikah tidak suka memancing, berkebun, atau berternak seketika sudah dewasa menjadi lebih suka mungkin karena cara mereka untuk melupakan semua beban sementara dengan cara seharian melamun memikirkan banyak hal agar mendapatkan inspirasi.

Kini aku sadar betapa sombong nya masa muda ku dulu, dan saat ini Tuhan perlahan menunjukan seberapa sampah nya rencana yang aku buat, dari setiap apa yang aku rencakan tidak ada satupun yang sesuai dan semuanya meleset. Kini aku sadar rencana hanya sebuah hal yang tidak ada apa-apa nya jika Tuhan tidak menginginkannya.

Aku kini merasa sendiri, semua beban yang ada di pundak ku semakin hari semakin bertumpuk menjadi banyak dan melelahkan, setiap masalah yang aku hadapi tidak akan bisa aku bagi dengan pasangan, meski ada sebuah harapan pada anak namun itu masih lama anak ku masih sangat kecil untuk diajak bercerita dan berdiskusi.

Hanya aku sendiri, terlebih lagi ujian datang bertubi-tubi dari ujian ekonomi, ujian psikologi yang datang dari orang terdekat membuat semua hal yang terasa baik-baik saja seketika berubah menjadi lautan api, ingin rasanya sejenak menyandarkan kepala di pundak Ibunda tercinta dan sejenak kembali menjadi anak tetapi itu tidak mungkin karena dia telah tiada sejak lama.

Tuntutan yang mengharuskan seorang Suami seperti apa yang diharapkan oleh Istrinya menjadi semakin memusingkan kepala, terkadang aku berfikir aku baru menikah 10 tahun dan sudah hidup sekitar 32 tahun, saat setelah menikah memaksa untuk berubah seperti apa yang diharapkan pasangan.

Prinsip didikan yang berbeda antara aku dan pasangan yang sudah ditanamkan oleh keluarga kami akan jauh lebih membekas dan tertanam kita hidup bersama orang tua jauh lebih lama dari pada dengan pasangan. Terlebih prinsip hidup yang orang tua aku didik sejak kecil terbukti berhasil dengan kesuksesan yang meski tidak banyak tetapi sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan apa yang yakini oleh seorang Istri.

Mereka yang seusia ku pasti memahami semua hal yang aku ceritakan ini hanya orang dewasa yang sudah merasakan nya akan paham. Masalahnya cuma satu pasangan kita tidak mau tau dan tidak mau peduli mereka hanya mengandalkan perasaan mereka ketika mengharapkan kita berubah seperti apa yang dia mau.

Seringkali aku berbenturan karena hal tersebut tidak jarang ribut berdiam diri bahkan berminggu-minggu, terlebih aku seorang Introvet yang akan merasa sangat bahagia jika harus berdiaman dirumah hanya sendiri bagiku tidak akan ada masalah, perlu waktu yang lama dari setiap keributan yang menyadarkan pasangan, setelah ia sadar akan lebih dulu mengulang komunikasi.

Sayangnya itu baru permulaan dan seorang Istri itu ibarat anak-anak yang tidak akan pernah mendewasa di depan Suaminya tentunya akan terus berulang hingga siklus itu berjalan tahunan, pada akhirnya yang akan menyerah dan berubah bukan sang Istri tetapi kita sebagai suami yang akan memilih untuk menyesuaikan diri karena jika terus terjadi seperti itu akan semakin menambah beban pikiran.

Gila pertama dari seseorang saat mereka memasuki fase yang sama dengan ku, kita yang ahli strategi dan dikelilingi orang hebat saja merasa bahwa semua ini akan terasa berat. Kini aku yang mengesuaikan diri dengan keadaan. Semua masalah yang timbul dari kehidupan terkadang karena orang-orang sekeliling.

Seorang laki-laki dewasa akan merasa sendirian dalam menghadapi setiap masalah, karena sudah puluhan tahun terjadi jangan salahkan mereka jika mencari hiburang diluar sana, semua itu dalam rangka menyenangkan diri sendiri yang sudah lama merasa lelah, jika tidak dekat dengan agama maka arah dari kesenangan ke yang negatif, sementara yang dekat dengan agama akan kembali kepada Tuhannya masing-masing.

Masalah kembali timbul aku bukan orang yang dekat dengan agama dan tidak terlalu jauh dengan agama, terkadang aku sangat malu merasa saat merasa kesulitan saja meminta kepada Allah ketika itu berlalu mulai kembali lalai. Itu juga terus berulang mungkin karena kebiasaan itu aku selalu diberikan ujian berupa kesulitan hidup karena saat itu tiba aku kembali mengingat Allah.

Tetapi dalam setiap doa yang aku panjankan aku tidak ingin selalu kembali kepada Tuhan saat keadaan sedih, dan kembali taat sholat, dan lainnya dalam keadaa bahagia agar pesentase kebahagiaan saat ini ditambah dan persentase kesulitan berkurang sekarang tidak dalam keadaan sedih saja aku kembali tetapi dalam keadaan senang pun aku kembali.

Sampai pada titik aku menemukan satu cara agar aku tidak merasa sendiri dari segala beban kehidupan yang dijalani dengan bersujud kepada Allah, bahkan aku berada pada titik tidak ingin meminta apa-apa saat ini karena keinginan ku sendikit dan satu persatu sudah dikabulkan meski dengan cara kita dalam menerimanya harus terlebih dahulu siap.

Baru semua akan datang, ketika doa yang dikabulkan berarti belum siap, guna mempersiapkan diri dalam memantaskan diri itulah gunaknya bekerja keras. Jika banyak yang bertanya bagaimana keadaa sulit yang aku jalani, jawab nya saat aku bisa mengisi perut aku akan meneteskan air mata, itu artinya semua kebutuhan untuk keluarga dirumah terpenuhi.

Jika aku makan dan merasakan kenyang itu sudah sanggup membuat air mata menetes bahagia, karena hal yang jarang dirasakan sebelumnya, jika aku bisa tertawa dalam hati itu adalah hal yang membahagian meski hanya berdiam diri. Dari semua itu aku menemukan solusi agar kita seorang laki-laki dewasa yang sedang memikul banyak beban agar tidak merasa sendiri dekatkan diri kepada Allah.

Kita bisa menceritakan semua keluh kesah semuanya, tetapi jika ternyata belum merasakan apabila dekat dengan Allah tetapi masih merasa sendiri berarti kita belum menemukan sepenuhnya Tuhan di hati kita karena masih ada keraguan bahwa Tuhan mungkin saja tidak ada karena tidak terasa kehadirannya.

Tetapi jika kita 100  % meyakini bahwa Tuhan bersama kita dalam keadaan apapun tempat mencurahkan dan bergantung hanya kepadanya dan puncak tertinggi mengikhlaskan semua yang telah, sedang dan akan terjadi bahwa semua yang diberikan pasti yang terbaik. Ini mudah dikatakan dan sulit ditemukan hanya sebagian kecil yang menemukan nya sisa memilih mengobati kesendirian dengan datang ke tempat dugem atau nongkrong membuat diri lupa akan masalah meski hanya sementara dengan hal yang negatif.

Cara mengeyelesaikan masalah berbeda-beda tetapi Kesendirian dalam Hati Rasa Sepi pasti akan menghampiri cepat atau lambat saat usia semakin dewasa.